Hehehe, nggak tahu dia kalau saya seperti halnya yang lain awalnya sempat gege rogo rigi alis grogi pakai Linux. Bukan hanya grogi, saya malah sebal dan sewot menggunakan Linux.
Saya mengenal Linux sejak tahun 2003, namun secara penuh menggunakan Linux untuk kegiatan berkomputasi sehari-hari sejak tahun 2004. Periode tahun 2003 adalah masa rindu dendam saya pada Linux. Apa saja yang membuat saya sebal pada Linux dan apa saja workaround terkait dengan kesebalan saya itu, berikut adalah listnya :
- Nama file yang panjang bener. Nih contohnya : VirtualBox-2.1.2_41885_openSUSE111-1.i586.rpm, VMware-Workstation-6.5.1-126130.i386.bundle, openSUSE-11.1-KDE4-LiveCD-i686.iso
- File yang tidak bisa di double click. Di Windows saya terbiasa double klik dan file tersebut langsung meluncur, apakah untuk diinstall atau untuk dijalankan
- Tidak ada drive C, D, E dll. Apa tuh /, /home/ /var, /srv
- Nama folder yang aneh-aneh. Kemana saya mencari folder Program Files ? Saya sudah install aplikasi, tapi dimana aplikasi itu diinstall ?
- Salah partisi bikin data hilang
- Susah install aplikasi. Masya install KOffice butuh waktu 1 jam untuk kompilasi ??
- Beda huruf besar dan kecil. Saya setengah modar (hahaha…) mencoba menjalankan suatu file. Saya tahu pasti file itu ada disitu. Kenapa kalau saya ketik tidak bisa dijalankan tapi kalau di copy-paste bisa ?
- Butuh akses internet. Wah, pusing karena install apa-apa mesti dari internet
- Susah setengah mampus (maaf kalimatnya sengaja hiperbolis ) instalasi VGA, Modem dial up, printer dll
- Panik karena tiba-tiba mendapat layar hitam legam dan cuma ada kursor kedip-kedip disampaing prompt $. Apa yang mesti saya ketik ? Saya ketik dir nggak bisa.
- Kebanyakan tipe. Apa bedanya SUSE dengan RedHat. Apa bedanya Fedora, Gentoo, Mandriva, Debian, PCLinuxOS, Knoppix dll. Kenapa sih nggak bikin satu atau dua tipe saja.
- Kebanyakan istilah. Apa pula itu KDE, Gnome, XFCE, ICEWM
- Icon yang aneh-aneh. Kok beda sama icon di MS Word / Windows ?
- Nggak bisa jalankan games
- Nggak bisa jalankan file exe di Linux
- Tidak kinyis-kinyis (cakep maksudnya…)
- Susah buka USB, CD ROM
- Apa-apa dilakukan via konsole/terminal. Tidak adakah Windows di Linux ?
- Info yang tidak informatif. Tanya ke milis Linux, “Bagaimana cara install file bla-bla-bla”, dijawab, “Ketik saja ./nama-file” tapi saya sendiri nggak tahu ngetiknya dilakukan dimana ??
- Susah konfigurasi, apa-apa dilakukan secara manual
- Dependency hell. Instalasi gagal karena file yang terkait tidak ditemukan.
Apakah memang demikian kenyataannya. Ternyata tidak. Sebagian besar FUD (Fear, uncertainty and doubt) yang saya alami diatas lebih karena saya tidak berusaha cari tahu dan saya cenderung berprasangka.
Berikut adalah penjelasan atas ketidakpahaman saya diatas :
Nama file yang panjang digunakan untuk memperjelas dan memberikan keterangan yang informatif secara langsung. Biasanya nama file di Linux berisi keterangan tentang : Nama file (VirtualBox), versi (2.1.2), Build (41885), Jenis Sistem (openSUSE111-1), tipe processor (i586 = Intel) dan tipe paket (rpm). Keterangan ini bisa lengkap bisa juga sebagian namun kalau kita mau membacanya semestinya tidak ada kesulitan berarti. Bisa juga baca nama file dari belakang, iso untuk file burning, rpm file untuk instalasi (RPM = Red Hat Package Manager, digunakan oleh RedHat, Centos, openSUSE, Mandriva dll), deb untuk file instalasi Debian dan turunannya (Ubuntu, Knoppix, SimplyMepis dll)- File yang tidak bisa di double click ? Ini masa lalu. Sebagian besar Linux generasi sekarang sudah otomatis meluncurkan aplikasi yang sesuai. Kalau benar-benar tidak bisa didouble click, kemungkinan besar jenis filenya berekstension aneh dan hanya native di Linux, misalnya file dengan ekstension AI (Adobe Illustrator) yang di Windows sekalipun tidak akan bisa didouble click kalau kita tidak punya aplikasinya
- Tidak ada drive C, D, E dll. Ini soal mindset semata. C, D, E dll itu hanya soal logical mapping drive. Kalau mau ngeyel pakai ini, pakai saja Linux Xandros atau manual mount folder C, D dan E ke folder yang kita tuju. Sebagai informasi ringan, Document and Setting = /home, Program Files = /var
- Nama folder yang aneh-aneh. Ya aneh karena kita sudah terbiasa pakai Windows. Kalau sebaliknya mungkin kita menganggap Windows yang aneh. Ngapain juga mikir-in nama folder :-P. Kehilangan aplikasi yang sudah diinstall ? Cari saja dengan menggunakan YAST atau Synaptic atau di konsole menggunakan rpm -qa grep nama-aplikasi atau zypper se nama-aplikasi atau apt-get search nama-aplikasi
- Salah partisi bikin data hilang. Nggak cuma di Linux. Pakai Partition Magic kalau ngaco pakainya ya bikin data berantakan. Linux biasanya sudah deteksi folder Windows dengan baik dan juga menjaga file Windows tidak dihapus saat diinstall. Yang lebih sering justru Windows menghajar bootloader Linux sehingga hanya booting ke Windows saja (saran : jika mau dual boot, install Windows dulu baru install Linux)
- Susah install aplikasi. Masya install KOffice butuh waktu 1 jam untuk kompilasi ?? Ini karena saya yang dodol. Install KOffice > 1 jam karena saya kompilasi sendiri. Kalau saya hanya ingin install, jauh lebih mudah instalasi via CD/DVD. Install di openSUSE misalnya, bisa pakai YAST Software Software Management atau zypper dengan lama waktu tidak sampai 5 menit. Kalau cuma aplikasi Koffice, paling 1-2 menit instalasi dari DVD. Instalasi melalui kompilasi hanya dilakukan kalau kita seorang developer atau tidak ada file yang native (rpm atau deb) atau kita ingin menambahkan pilihan yang tidak ada secara default atau kita lagi kurang kerjaan, hehehe…
- Beda huruf besar dan kecil. Ini soal mindset juga. Toh ini membuat kita disiplin. Jangan lupa, Java, C++ dan beberapa aplikasi pemrogramman populer juga menggunakan case sensitive.
- Butuh akses internet untuk install sesuatu ? Ini kemungkinan besar karena lupa mengubah repositori paket yang digunakan. Kita bisa kok melakukan instalasi secara offline dari CD/DVD. Di openSUSE, hal ini dilakukan dengan mengubah pilihan pada YAST Software Software Repositories
- Susah setengah mampus (maaf kalimatnya sengaja hiperbolis ) instalasi VGA, Modem dial up, printer dll. Dulu ya, sekarang tidak. Sekarang sebagian besar VGA, modem, printer dan Wireless LAN sudah out of the box di Linux. Kalau masih tidak terdeteksi, itu berarti perangkatnya yang kuper, hehehe… Kalaupun sekarang ada yang belum terdeteksi sempurna, rilis berikutnya biasanya sudah lebih baik.
- Panik karena tiba-tiba mendapat layar hitam legam dan cuma ada kursor kedip-kedip disampaing prompt $. Ini bentuk terminal atau konsole. Biasanya kita memang tidak install GUI atau ada masalah di deteksi VGA. Ketik saja startx. Kalau belum bisa juga, biasanya ada pesan mengenai kesalahan yang terjadi
- Kebanyakan tipe. Kalau ini dianggap kelemahan, tergantung sisi mana memandangnya. Sisi lain sebenarnya ini kekuatan juga. Kita punya banyak pilihan. Nggak senang menu diatas, pakai saja menu dibawah. Tidak senang warna merah, pakai saja warna hijau. Tidak senang topi atau gerigi, pakai saja logo kadal. Suami isteri saja sering beda pendapat kok orang jutaan disuruh suka sesuatu yang cuma satu ? Orang kan punya keinginan yang berbeda-beda tinggal ditentukan saja per kelompok atau group kesukaan.
- Kebanyakan istilah. Apa pula itu KDE, Gnome, XFCE, ICEWM. Belajar dong ah. Cari tahu dengan jarimu, paling juga 10 menit sudah mengerti istilah-istilah itu. Lagu yang berbeda lirik saja kita hapal, masya cuma sekedar singkatan kita bingung
- Icon yang aneh-aneh. Kok beda sama icon di MS Word / Windows ? Pertama, Microsoft punya lisensi yang tidak memperbolehkan penggunaan icon tersebut. Kedua, kalau pingin icon Windows ya jangan pakai Linux, hehehe… Ketiga adalah karena Linux bukan Windows. Sama halnya logo dan istilah RCTI disuruh sama dengan MetroTV kan nggak bisa
- Nggak bisa jalankan games. Ini karena sipembuat games menyangka buatannya nggak laku kalau dibuat khusus di Linux. Bisa dengan alasan marketing opportunity yang kecil bisa juga karena kemampuan bisa juga karena secara bisnis dianggap kurang profitable. Gunakan saja games for Linux atau sekalian test pakai Wine. Saya juga pakai Counter Strike di openSUSE kok
- Nggak bisa jalankan file exe di Linux. Bisa saja kalau pakai Wine atau CrossOver tapi kalau sudah ada aplikasi native, ngapain juga mencoba yang tidak native. Saya suka jalankan file exe bervirus di Linux untuk iseng, hehehe…
- Tidak kinyis-kinyis (cakep maksudnya…). Itu dulu, bukan sekarang. Makanya coba jangan cuma menyangka. Sekarang desktop Linux ibarat gadis manis dengan segala pesonanya
- Susah buka USB, CD ROM. Ini juga dulu, bukan sekarang. Sekarang langsung autodetect kok, kecuali USB rusak atau CD ROMnya scratch
- Apa-apa dilakukan via konsole/terminal. Tidak adakah Windows di Linux ? Kalau yang dimaksud adalah Windows seperti di Windows (bingung kan…) tentu saja tidak ada tapi kalau yang dimaksud GUI, (Graphical User Interface) tentu saja ada.
- Info yang tidak informatif. Tanya ke milis Linux, “Bagaimana cara install file bla-bla-bla”, dijawab, “Ketik saja ./nama-file” tapi saya sendiri nggak tahu ngetiknya dilakukan dimana ?? Kalau tidak mengerti ya tanya ulang, pasti dikasih tahu kok, kecuali tanyanya sambil marah-marah dan ngomel, orang jadi Ilfil untuk membantu
- Susah konfigurasi, apa-apa dilakukan secara manual. Belajarlah menggunakan Webmin atau Tools semacam YAST, pasti asumsi ini hilang dengan sendirinya
- Dependency hell. Sebaiknya gunakan tools instalasi yang disediakan misalnya YAST, zypper, yum, synaptic maupun apt-get untuk melakukan instalasi. Tools tersebut mampu mendeteksi depencies library dan otomatis menambahkannya sehingga kita tidak lagi disiksa masalah depency kecuali kita sendiri yang cari kesibukan
- Jadi, ada banyak asumsi kita yang tidak tepat hanya karena kita tidak mau berusaha saja.
Satu hal yang harus diingat dengan baik jika anda ingin mencoba Linux adalah bahwa Linux bukan Windows. Ya, Linux bukan Windows jadi jangan memaksa agar Linux sama persis dengan Windows. Sama saja mengharapkan Bill Gates menggunakan Linux untuk kegiatan sehari-hari
No comments:
Post a Comment